Kamis, 14 Juli 2011

kiamat

Kiamat Bumi di Tangan Planet Nibiru?
Headline
space.com
Oleh: Billy A Banggawan
Teknologi - Sabtu, 9 Juli 2011 | 09:01 WIB
INILAH.COM, Jakarta – Planet Nibiru sempat menghebohkan dunia, karena banyaknya pihak yang percaya bahwa planet ini akan menghantam Bumi dan memusnahkan manusia pada 2012.
Sebuah tayangan di YouTube pada 2011, cukup meresahkan banyak orang yang menontonnya. Namun, ternyata hal ini juga menjadi pembicaraan hangat di situs-situs lain. Menurut astronom planet David Morrison di NASA Ames Research Center dan ilmuwan senior di NASA Astrobiology Institute, saat ini terdapat dua juta situs yang membahas perihal tabrakan Planet Nibiru tersebut.
Ilmuwan ini mengaku menerima lima email perihal Nibiru tiap hari. “Setidaknya, sekali sepekan saya mendapat pesan dari remaja yang menjadi sakit atau berupaya bunuh diri karrena kiamat akan dating ini,” ujar Morrison. Berikut asal muasal Planet Nibiru yang tak diyakini ilmuwan itu.
Asal muasal
Gagasan asal mula kiamat ini berasal dari proposal tabrakan planet pertama, yang diajukan Nancy Lieder pada 1995 dan digambarkan sebagai ‘contactee’. Lieder mengklaim memiliki kemampuan menerima pesan melalui implan di otaknya, yang diperoleh dari alien di sistem bintang Zeta Reticuli.
Di situsnya, ZetaTalk, ia menyatakan terpilih untuk memperingatkan umat manusia mengenai tabrakan planet yang akan memusnahkan manusia pada Mei 2003. Awalnya, Lieder menamai pembawa kiamat itu ‘Planet X’ dan mengaitkannya dengan planet hasil hipotesa penulis Zecharia Sitchin dalam buku ‘The 12th Planet’ (Harper, 1976).
Menurut Sitchin (1920-2010), bangsa Sumeria kuno menulis mengenai planet raksasa Nibiru yang menjadi ‘planet ke-12’ di tata surya dengan orbit persegi panjang dan melintas mendekati Bumi tiap 3.600 tahun. Menurutnya, manusia berevolusi di Nibiru dan mengkolonisasi Bumi saat terbang mendekat.
Ahli sejarah dan bahasa mengatakan, Sitchin salah mengartikan teks kuno tersebut. Bangsa Sumeria memang memiliki keyakinan mengenai kosmologi terkait planet. Namun, menurut bangsa ini, planet di tata surya hanya berjumlah lima, bukan 12.
Selain itu, bangsa ini tak meyakini, manusia berasal dari planet bernama Nibiru. Lebih lanjut, astronom menyatakan orbit seperti digambarkan Sitchin merupakan hal mustahil. Pasalnya, tak pernah ada benda langit yang bisa menjaga agar orbitnya stabil ketika mengayun melalui sistem tata surya bagian dalam tiap 3.600 tahun dan terus menjauhi Pluto.
Menurut para astronom, benda langit ini seharusnya sudah tersedot atau terdorong. Anehnya, buku Sitchin telah diterjemahkan dalam 25 bahasa dan terjual jutaan salinan di seluruh dunia. Teori tabrakan planet Lieder pun mengadopsi Nibiru sebagai pembawa kiamat Bumi. Banyak orang yakin kiamat terjadi saat kalender bangsa Maya habis di 2012.
Planet yang hilang
Rantai hilang terbesar dalam ramalan kiamat ini adalah Nibiru itu sendiri. Karena tak ada planet nakal raksasa yang ditemukan di luar tata surya yang bisa memainkan peran Nibiru. Beberapa ahli teori konspirasi akhirnya memutuskan komet kecil bernama Elenin yang akan melewati Bumi pada Oktober 2011 ini sebagai Nibiru.
Meski begitu, ilmuwan mengatakan, Elenin tak akan lebih dekat dari 100 kali jauh jarak Bumi ke bulan. “Faktanya, orang-orang ini terus mengubah cerita mereka,” ujar Morrison. Bagi beberapa pihak, Nibiru bukan lagi dewa Sumeria atau planet yang akan kembali ke Bumi pada akhir 2012, lanjutnya.
“Hal inilah yang menjadi semboyan hampir semua bencana kosmik,” lanjutnya lagi. Rumor mengenai Elenin sendiri menyebar di internet di awal tahun. Pendekatan Elenin ke Bumi disalahkan atas pergeseran tiga derajat sumbu Bumi di Februari, gempa Chili, bergesernya kutub bahkan pemicu gempa Jepang Maret lalu.
“Mengabaikan lempeng tektonik sebagai penyebab gempa, mereka menyatakan komet ini memberi efek gravitasi atau elektromagnetik yang kuat pada Bumi,” tulis Morrison. Saat para ilmuwan menunjukkan, komet itu hanya seukuran gumpalan es selebar lima km tanpa medan magnet dan tak akan mencapai posisi telalu dengan Bumi.
“Ironisnya, sifat mencolok komet menjadi inspirasi beberapa teori konspirasi,” tandas Morrison. Ahli teori konspirasi pun mulai berspekulasi, komet Elenin adalah Nibiru yang menyamar. Bahkan nyatanya, Elenin hanyalah komet dalam buku teks.
“Jika cerita ini nyata, sederhananya, cerita ini akan masuk media berita biasa, bukan sekadar muncul di situs,” pungkas Morrison. Menurut Morrison, konspirasi Nibiru sangat tak masuk akal. “Karena banyak situs menjual buku Nibiru, kaset dan ‘perlengkapan bertahan hidup,’ saya mengira orang-orang ini hanya mengambil keuntungan dari orang yang tak mampu membedakan sumber kredibel, terutama anak-anak,” tutupnya. [ast]
Dapatkan berita populer pilihan Anda gratis setiap pagi disini atau akses mobile langsung http://m.inilah.com via ponsel dan Blackberry !

nasa7


NASA Akhiri Misi Penerbangan Ulang-alik 8 Juli  

Foto yang disiarkan AP hari ini (24/11) memperlihatkan Matahari dilihat dari Stasiun Angkasa Internasional, seksi Rusia. Foto diambil kemarin (23/11) oleh kru STS-129. AP/NASA

Berita terkait

<a href='http://openx2.tempointeraktif.com/www/delivery/ck.php?n=a6f00733&cb=' target='_blank'><img src='http://openx2.tempointeraktif.com/www/delivery/avw.php?zoneid=400&cb=&n=a6f00733' border='0' alt='' /></a>
TEMPO Interaktif, Florida - NASA hari Selasa, 28 Juni 2011, mengumumkan tanggal 8 Juli mendatang akan menandai awal dari berakhirnya misi pesawat ulang-alik dan akhir dari sebuah era.

Badan antariksa AS itu mengumumkan bahwa tanggal itu menjadi penerbangan akhir Atlantis. NASA mengumumkan hal itu setelah meninjau kesiapan penerbangan di Kennedy Space Center, Cape Canaveral, Florida. Jika tidak ada penundaan hitungan mundur, pesawat akan berangkat pada pukul 11.26 siang waktu setempat.

Misi selama 12 hari itu akan menjadi penerbangan ke-135 dan terakhir dari program pesawat ulang-alik.

Atlantis dijadwalkan untuk membawa suku cadang dan persediaan ke Stasiun Luar Angkasa Internasional untuk membantu menjaga stasiun itu tetap mengorbit, kata NASA.

Dia juga akan menerbangkan anjungan eksperimental untuk menguji alat dan teknik pengisian bahan bakar satelit menggunakan robot di ruang angkasa, demikian keterangan badan tersebut.

Setelah program ulang-alik ini diakhiri, NASA berencana sementara menggunakan pesawat ruang angkasa Rusia untuk mengangkut astronot NASA ke stasiun ruang angkasa.

iphone

Selain iPhone 4, Nexus S Juga Dibawa ke Luar Angkasa
Tri Wahono | Selasa, 12 Juli 2011 | 10:50 WIB
Dibaca: 1943
|
Share:
Satelit SPHERE saat bekerja di dalam stasiun antariksa.
KOMPAS.com - Selain membawa iPhone 4, astronot juga membawa ponsel Android ke luar angkasa dalam misi ulang alik Atlantis yang diluncurkan Jumat (8/7/2011). Kedua ponsel Samsung Nexus S itu akan digunakan untuk melakukan beberapa eksperimen.
Nexus S akan digunakan sebagai pusat komputasi satelit mikro yang diberi nama SPHERE (Synchronized Position Hold, Engage, Reorient, Experimental Satellites). Satelit ini melayang di dalam stasiun antariksa dan diuji coba untuk melakukan berbagai kegiatan yang membantu tugas astronot seperti survei gudang atau inspeksi ruangan demi ruangan.
"Dengan menambahkan smartphone, kami dapat mengubah SPHERE lebih pintar lagi. Dengan sebuah smartphone, SPHERE memiliki kamera built in untuk mengambil foto dan video, sensor-sensor untuk melakukan sejumlah inspeksi, sebuah unit komputasi yang canggih untuk melakukan kalkulasi, dan koneksi WiFi yang digunakan untuk transfer data secara real time di luar angkasa dan kepada pengendali misi," kata DW Wheeler, kepala insinyur di Kelompok Riset Robotika Ames Research Center, milik NASA di California, AS.
SPHERE merupakan satelit buatan MIT hasil kerja sama Dephan AS dan NASA. Saat ini sudah ada tiga buah satelit digunakan sejak dikirim tahun 2006. Sistem komputasi yang digunakan jauh lebih rendah ketimbang smartphone. Namun, perancangnya menyediakan port yang memungkinkan ditambahkannya perangkat lain. Nexus S merupakan smartphone pertama yang tersertifikasi untuk bisa ditambahkan ke port tersebut.
Kalau Nexus S meningkatkan kecanggihan SPHERE, iPhone 4 akan digunakan untuk melakukan eksperimen berbasis smartphone lewat aplikasi Space Lab for iOS. Aplikasi tersebut dirancang untuk mengetes kamera, giroskop, dan sensor lainnya di luar angkasa. Salah satu eksperimen yang juga dilakukan adalah untuk menguji dampak radiasi luar angkasa terhadap memori komputer.

nasa 6

Berita RSS Feeds RSS

 Sabtu, 09 Juli 2011

Pesawat NASA Hasilkan Gambar Badai Raksasa di Saturnus

Pesawat Cassini yang tak berawak mendeteksi badai selebar Bumi tersebut, yang disebut Great White Spot, bulan Desember lalu.
Foto: NASA/JPL-Caltech/SSI
Cassini mulai mendeteksi badai yang berupa bintik putih yang besar di bagian utara planet Saturnus pada bulan Desember 2010.
Badan antariksa Amerika, NASA, mengatakan pesawat antariksanya Cassini, telah mengambil gambar-gambar yang paling jelas satu badai yang kuat dan sangat besar di planet Saturnus yang hampir selebar Bumi.
Pesawat Cassini yang tak berawak itu mendeteksi badai tersebut – yang disebut sebagai Great White Spot atau bintik putih yang besar – bulan Desember lalu ketika badai itu terbentuk di belahan utara. Para pakar astronomi yang memeriksa gambar-gambar yang sangat tajam itu mengatakan badai yang maha-besar itu kira-kira 10 ribu kilometer lebarnya, dan berekor awan putih amoniak yang mengelilingi seluruh planet itu.
NASA mengatakan Great White Spot itu adalah badai yang paling besar yang pernah diamati oleh pesawat antariksa yang mengorbit atau terbang dekat planet yang bergelang itu. Saturnus adalah planet kedua terbesar dalam tata surya setelah tetangganya sesama planet gas raksasa, Jupiter.
Tetapi, tidak seperti Great Red Spot Jupiter yang telah terus-menerus berkobar selama lebih 300 tahun, para pakar astronomi mengatakan Saturnus mengalami satu Great White Spot hanya kira-kira setiap 30 tahun, dan masing-masing badai itu berlangsung hanya beberapa bulan.
Terhitung badai ini, para ilmuwan telah mengamati hanya 5 Great White Spot di Saturnus sejak pertama kali ditemukan tahun 1876.
Sebelumnya, pesawat antariksa Cassini-Huygens berhasil mendeteksi adanya samudera air cair ada di bawah permukaan bulan Saturnus yang kecil dan beku, yang bernama Enceladus.
NASA mengatakan instrumen Cassini mendapati konsentrasi tinggi butiran es yang kaya garam dalam semburan uap air, es dan benda lain yang selalu menyembur ke angkasa dari retakan permukaan bulan Enceladus.
Analisa sampel yang diambil pesawat itu menunjukkan bahwa sebagian besar, kalau tidak semuanya, es yang kaya garam yang disemburkan itu datang dari air yang cair yang, menurut NASA, mempunyai komposisi seperti samudera. Air cair dianggap sangat penting bagi dasar adanya kehidupan atau makhluk hidup.

Berita Terkait

Nasa5

Techno - Science


NASA Luncurkan Pom Bensin Robot

Kamis, 14 Juli 2011 - 08:29 wib
Fiddy Anggriawan - Okezone
Robot Dextre, yang akan meakukan pengisian bahan bakar dan perbaikan kecil untuk pesawat ruang angkasa di Orbit
Robot Dextre, yang akan meakukan pengisian bahan bakar dan perbaikan kecil untuk pesawat ruang angkasa di Orbit
WASHINGTON - Saat ini NASA sedang bereksperimen dengan percobaan misi robot yang akan memberika pengisian bahan bakar dan perbaikan kecil untuk pesawat ruang angkasa yang akan ditempatkan di orbit.

Dengan menggunakan pompa bensin robot, nantinya astronot tidak akan diminta untuk membuat semua perbaikan dan ini akan menghemat pengeluaran, serta dapat memperpanjang waktu pesawat ruang angkasa tinggal di orbit. Misi pengisian Robotic (RRM) satelit diluncurkan ke ruang angkasa dengan menaruhnya di dalam pesawat Atlantis, dewan  Pada hari Selasa, pesawat Atlantis akan membangun satelit RRM di Stasiun Antariksa Internasional (ISS) selama program mereka di angkasa berlangsung.

RRM akan menjadi percobaan untuk extroidinaire petugas pompa bensin yang diberi nama Dextre. Dextre adalah robot kembar-bersenjata yang berada di stasiun ruang angkasa yang akan bertanggung jawab untuk mengisi bahan bakar dan menyelesaikan perbaikan kecil pada RRM. Demikian seperti dikutip TG Daily, Kamis (14/7/2011).

Tantangan utamanya ialah menghadapi spacewalkers yang mana pemasangan RRM ke stasiun ruang angkasa dengan bantuan Dextre, para Manipulator memiliki tujuan Khusus dan terampil. Robot akan membantu astronot memasang RRM ke lokasi tetapnya dulu sebelum bekerja.

Setelah di tempatkan, Dextre akan menjalani serangkaian tes, seperti pengisian bahan bakar pesawat. Dextre dikendalikan oleh operator manusia yang terletak di bumi yang harus memotong kabel, mengamankan,  dan tugas-tugas rumit lainnya sebelum mengisi bensin.

Jika RRM memang bisa mengisi bahan bakar pesawat ulang-alik dan menyelesaikan perbaikan kecil, hal itu bukan hanya menekan biaya lebih rendah tetapi juga memungkinkan untuk perjalanan ruang angkasa dalam jangka panjang. Selain itu, RRM dan Dextre akan mampu memperbaiki berbagai jenis satelit, sesuatu yang sebelumnya tidak mungkin.

"Kami mengantisipasi hal tersebut, sehingga memungkinkan pada misi dan kemampuan masa depan, untuk komunitas ruang angkasa internasional,"ujar Benjamin Reed, NASA Satellite Servicing Capabilities Officer.

"Kami akan membuat data tersebut tersedia bagi semua orang. Artinya , semua industri komersial mungkin akan memulai usaha mereka sendiri di sana," ungkap Frank Cepollina, RRM  project manager di kantor Satellite Servicing Capabilities. (tyo)
Bagi Anda pengguna ponsel, nikmati berita terikini lewat http://m.okezone.com
Dapatkan okezone launcher untuk BlackBerry http://bb.okezone.com 
Share

Berita Terkait: luar angkasa

Nasa4

Charles Frank Bolden

Inilah Pria di Balik Teknologi NASA

Headline
Charles Frank Bolden - wistv.com
Oleh: Billy A Banggawan
Selasa, 5 Juli 2011 | 01:08 WIB
INILAH.COM, Jakarta – Kemajuan teknologi NASA, tak lepas dari campur tangan Charles F Bolden. Dua tahun terakhir tampaknya cukup membuktikan kiprahnya sebagai pimpinan badan antariksa Amerika Serikat tersebut.
Charles Frank Bolden, Jr. memulai tugasnya sebagai Direktur keduabelas badan antariksa itu pada 17 Juli 2009. Mantan anggota Marine Corps Major General ini dinominasikan Presiden Barack Obama dan dipastikan Senat AS menjadi Direktur National Aaeronautics and Space Administration (NASA).
Karirnya selama 34 tahun dengan Corps Marine, ternyata sudah termasuk 14 tahun menjadi anggota Kantor Astronot NASA. Ia bergabung di kantor itu pada 1980, dan sudah terbang ke orbit sebanyak empat kali dengan pesawat ruang angkasa pada 1986-1994 untuk memimpin dua misi.
Misinya saat itu termasuk meluncurkan Hubble Space Telescope dan ikut misi gabungan pertama AS-Rusia, dengan mengikutsertakan seorang kosmonot sebagai anggota krunya.
Pria kelahiran California, 19 Agustus 1946 ini merupakan warga Houston. Ia lulus dari C.A Johnson High pada 1964, kemudian masuk US Naval Academy. Bolden mendapat gelar sarjana sains ilmu listrik pada 1968 dan ditugaskan sebagai letnan dua di Corps Marine. Setelah menyelesaikan pelatihan penerbangan pada 1970, ia menjadi penerbang angkatan laut.
Pengalaman Bolden ini cukup banyak. Ia telah terbang untuk lebih dari 100 misi tempur di Vietnam Utara dan Selatan, Laos, dan Kamboja, dan ditempatkan di Namphong, Thailand pada 1972-1973.
Kembali ke AS, Bolden diberi banyak posisi di Corps Marine dan mendapat gelar master sains sistem manajemen dari University of Southern California pada 1977. Dengan kelulusannya, ia ditugaskan ke Naval Test Pilot School di Patuxent River dan menyelesaikan pelatihannya di 1979.
Sementara bekerja di Naval Air Test Centers’s System Engineering dan Strike Aircraft Test Directorates, ia menguji beragam pesawat serangan darat, hingga ia terpilih sebagai kandidat astronot pada 1980.
Karir astronot NASA Bolden termasuk tugas teknis sebagai Petugas Keamanan Kantor Astronot, asisten teknis Direktur Operasi Kru Penerbangan, Asisten Khusus Direktur Johnson Space Center, Kepala Divisi Keselamatan Johnson, astronot utama pengujian kendaraan dan pemeriksaan di Kennedy Space Center, dan Deputi Asisten Pengelola di Markas NASA.
Setelah penerbangan ulang aliknya pada 1994, ia mundur dari badan itu untuk kembali ke tugas aktif pasukan operasi di Corps Marine sebagai Wakil Komandan Taruna di US Naval Academy.
Pada 1997, Bolden ditugaskan sebagai Wakil Komandan Jenderal di Pasifik pada 1997. Selama semester pertama 1998, ia menjadi Komandan Umum mendukung operasi Thunder Desert di Kuwait. Bolden dipromosikan untuk peringkat akhir mayor jenderalnya pada Juli 1998 dan menjadi Wakil Komandan Pasukan AS di Jepang.
Kemudian, ia kemudian menjadi Jenderal Pelaksana Marine Aircraft Wing di Marine Corps Air Station Miramar di San Diego dari 2000-2002 sebelum pensiun dari Maribe Corps pada 2003. Bolden juga masuk Hall of Fame Astronaut AS pada Mei 2006.
Sebelum menjadi Direktur NASA, Bolden juga sempat bekerja sebagai CEO JACKandPANTHER LLC, bisnis kecil menyediakan kepemimpinan, konsultasi militer dan kedirgantaraan, serta motivasi. [ast]
Dapatkan berita populer pilihan Anda gratis setiap pagi disini atau akses mobile langsung http://m.inilah.com via ponsel dan Blackberry !

nasa2

Sampah Satelit
Serpihan Cosmos Ancam Stasiun Antariksa
Tri Wahono | Senin, 11 Juli 2011 | 21:34 WIB
Dibaca: 10947
|
Share:
NASA Stasiun Antariksa Internasional (ISS).
HOUSTON, KOMPAS.com - Badan Antariksa AS (NASA) sukses dengan mulus menempatkan pesawat ulang alik Atlantis di Stasiun Antariksa Internasional (ISS), Minggu (11/7/2011). Namun, kini NASA harus menghadapi masalah karena stasiun antariksa terancam ditabrak sampah antariksa.
Sampah antariksa yang mengarah ke ISS merupakan serpihan satelit Cosmos 375 yang diluncurkan Uni Soviet tahun 1970. Satelit tersebut hancur karena bertabrakan dengan satelit lainnya sehingga pecahannya ke mana-mana. Salah satu serpihan tersebut diperkirakan menabrak ISS pada Selasa besok pukul 23.00 WIB, namun tidak diketahui seberapa besar ukurannya.
"Tim berharap dapat mencari informasi pergerakannya setelah proses docking (Atlantis) selesai untuk menentukan apakah perlu dilakukan manuver menggunakan jet pendorong (thruster) untuk menghindari pecahan tersebut," tulis NASA dalam pernyataan resminya.
Antisipasi terhadap tabrakan serpihan satelit itu menjadi perhatian penting tidak hanya karena bisa membahayakan stasiun antariksa. Datangnya pecahan tersebut juga diperkirakan bersamaan waktunya saat para astronot akan melakukan tugas langsung di luar stasiun antariksa atau disebut spacewalk.
Pesawat ulang alik Atlantis yang diluncurkan Jumat minggu lalu merapat ke ISS, Minggu kemarin sekitar pukul 23.07 WIB. Empat astronot yang terbang dengan pesawat tersebut telah melakukan inspeksi rutin untuk memastikan lapisan pelindung pesawat tetap aman untuk pulang ke Bumi setelah misi 12 hari.
Sebelum merapat kemarin, Atlantis juga melakukan manuver berbalik agar para astronot di ISS dapat memotret bagian perutnya untuk memastikan tidak ada lapisan pelindung panas yang terkelupas. Pintu Atlantis dibuka sekitar dua jam kemudian setelah merapat ke ISS dan dua tim astronot bertemu.
Peluncuran Atlantis kali ini mencatat sejarah tersendiri karena merupakan misi terakhir program ulang alik NASA yang sudah berjalan selama 30 tahun. Untuk sementara waktu dalam beberapa tahun ke depan, para astronot NASA akan dikirim dengan roket Soyuz milik Rusia. Selanjutnya, NASA tengah menyiapkan wahana penggantinya yang siap melakukan penjelajahan ke Bulan, Mars, hingga ke asteroid.